FAJAR MAULANA
201466104
TUGAS EPIDEMOLOGI
DATA TENTANG PERUBAHAN POLA PENYAKIT DAN KEMATIAN DI INDONESIA
PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI
201466104
TUGAS EPIDEMOLOGI
DATA TENTANG PERUBAHAN POLA PENYAKIT DAN KEMATIAN DI INDONESIA
PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI
PERUBAHAN POLA PENYAKIT
DAN KEMATIAN PADA PASIENHIPERTENSI
Menurut
Depkes RI (2001) mengemukakan terjadinya transisi epidemiologi penyakit
ditunjukkan dengan adanya kecenderungan perubahan pola kesakitan dan pola
penyakit yaitu adanya penurunan prevalensi penyakit infeksi, namun terjadi
peningkatan prevalensi penyakit non-infeksi atau penyakit degeneratif seperti:
hipertensi, stroke, kanker, diabetes melitus dan lain-lain. Selain itu
perubahan gaya hidup (life style)masyarakat dan sosial ekonomi juga
dapat memicu semakin meningkatnya
prevalensi penyekit degeneratif, di mana juga masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, salah satunya adalah hipertensi dan sering kali dijumpai tanpa
gejala, walau relatif mudah diobati namun apabila tidak diobati akan
menimbulkan komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
(PJP), Gangguan Ginjal dan lain-lain yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
cacat maupun kematian (Bustan, MN, 1995).
Profil
Kesehatan Sumatera Utara (2001) melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera
Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, sebesar 8,21% pada kelompok umur di atas
60 tahun untuk penderita rawat jalan.Berdasarkan penyakit penyebab kematian
pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara,
hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar 27,02%
(1.162 orang), pada kelompok umur ≥60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang).
Di
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan hipertensi termasuk ke dalam sepuluh
penyakit terbesar dari penderita yang dirawat inap di bangsal penyakit dalam.
Dari 400 penderita stroke yang dirawat di bangsal penyakit dalam pada tahun
1982-1985 38% menderita hipertensi (Sumartono dan Aryastamy, 1999).
Hasil
penelitian Hanim (2003) proporsi penderita hipertensi rawat inap di RSUP H.Adam
Malik Medan adalah 1,78%, proporsi laki-laki lebih besar daripada perempuan
yaitu sebesar 53,1%. Di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan, hipertensi
merupakan rangking ketiga dari 10 penyakit terbesar yang dilaporkan dengan
jumlah 1.776 pasien yang datang berobat selama tahun 2003. Jumlah kunjungan ke
Puskesmas dari semua penyakit adalah 15.255 pasien, dengan demikian proporsi
kunjungan penyakit hipertensi sebesar 11,64% (Puskesmas Pekan Labuhan, 2003).
Grafik Penyebab kematian paling
besar (WHO, 2005)
Indonesia:
59,5% Kematian Akibat Penyakit Tak Menular, Termasuk Jantung
Di Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang ternyata masih
berjuang menghadapi pelbagai masalah kesehatan. Penyakit infeksi masih menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan, di sisi lain perubahan gaya hidup
yang serba cepat tidak menahan laju perkembangan penyakit tidak menular seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal ini diperkuat dengan data yang
diperoleh pada tahun 2007, angka kematian akibat penyakit jantung dan tidak
menular pada tahun 1995 sebesar 41,7% meningkat menjadi 59,5% pada tahun 2007.
Kalimantan Selatan “Juara Hipertensi”
Penyakit hipertensi sebagai salah satu “kawan” dari penyakit jantung,
ternyata dinilai cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka kejadian atau prevalensi penduduk
Indonesia berusia di atas 18 tahun dengan hipertensi adalah sebesar 31,7%.
Ternyata hipertensi tidak hanya terjadi pada penduduk berusia di atas 18 tahun,
namun juga pada penduduk berusia 15-17 tahun. Jika dilihat berdasarkan kriteria
hipertensi sesuai JNC VII, terdapat 4050 (8,4%) penduduk berusia 15-17 tahun
dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan provinsi
terdapat di Kalimantan Selatan (39,6%), dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 memperlihatkan
bahwa prevalensi beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti
hipertensi sangat tinggi yaitu 31,7%, diikuti stroke sebesar 8,3% dan penyakit
jantung sebesear 7,2% per 1.000 penduduk.
Aceh “Juara Stroke”
Penyakit kardiovaskular juga erat kaitannya dengan penyakit stroke. Di
Indonesia, angka prevalensi stroke juga cukup tinggi yaitu sekitar 72,3%,
dengan provinsi Aceh menduduki angka prevalensi tertinggi yaitu 16,6% dan
terendah di Papua (3,8%).
Data Riskesdas memperlihatkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua
umur adalah stroke (15,4%), hipertensi (6,8%), penyakit jantung iskemik (5,1%),
dan penyakit jantung lainya (4,6%). Angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan akibat stroke sebesar 15,9%, kemudian penyakit jantung
sistemik sebesar 8,7% dan hipertensi serta penyakit jantung lainya sebesar
7,1%. Sementara itu di pedesaaan, angka kematian tertinggi diakibatkan oleh
penyakit menular yaitu tuberkulosis (TBC) diikuti oleh stroke sebesar 11,5% dan
hipertensi 9,2% dan penyakit jantung iskemik 8,8%.
Pada penduduk usia 55-64 tahun yang tinggal di daerah perkotaan, stroke
tetap menjadi penyebab kematian utama (26,8%), kemudian penyakit jantung iskemik
(5,8%), hipertensi (8,1%), dan penyakit jantung lainnya (4,7%).
Bagaimana dengan penduduk di pedesaan? Ternyata pola penyebab kematian
di pedesaan dan perkotaan menunjukkan pola yang serupa dengan stroke (17,8%)
sebagai penyebab kematian utama, diikuti oleh beberapa penyebab lain antara
lain hipertensi (11,4%), penyakit jantung iskemik (5,7%), dan penyakit jantung
lain (5,1%).
Daftar pustaka
Roupa, dkk. (2009). Health science
journal.
http://www.hsj.gr/
volume3/issue1/35.pdf.
Bustan, M. N., 1995. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta
Prodjosudjadi, W., 2000. Hipertensi,
Berkala Neurosains, Vol 1, No.3: 133-139 Jakarta.